Membaca
adalah jendela seseorang untuk berkeliling dunia. Begitulah pepatah yang sering
kita dengar tentang membaca. Membaca akan memperluas cakrawala kita. Dengan
membaca, kita dapat mengetahui berbagai informasi dari berbagai tempat dan dari
berbagai waktu.
Orang
dalam membaca akan memiliki kebiasaan yang berbeda. Ada orang yang butuh
ketenangan ketika membaca. Namun ada pula yang bisa membaca di berbagai tempat.
Namun pada umumnya, orang akan lebih mudah membaca dalam keadaan tenang, sunyi,
dan di tempat yang nyaman. Salah satu tempat yang menyediakan fasilitas itu
adalah perpustakaan.
Tidak
perlu diragukan lagi ketika membaca kita tentu mendapat banyak manfaat. Membaca
akan membuat kita terjauh dari kebodohan. Membaca mampu membuat kita terhindar
dari rasa bosan. Membaca juga dapat menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
Membaca mampu membuat kita kaya akan bahasa dan kosa kata, sehingga kita lebih
fasih ketika berbicara. Membaca akan membantu kita mengembangkan pikiran kita.
Membaca juga mampu membuat kita mengetahui pengalaman orang lain. Selain
mendapat pengetahuan dari membaca, kita juga bisa mendapat hiburan.
Seiring
berkembangnya zaman, hiburan yang ada sudah banyak beralih. Khususnya di
Indonesia, masyarakat Indonesia lebih suka menonton televisi daripada membaca
buku. Minat baca di Indonesia memang rendah. Penduduk Indonesia lebih banyak
memcari informasi melalui televisi dan radio daripada membaca. Data Badan Pusat
Statistik tahun 2006 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang mencari
informasi melalu televisi sebesar 85,9%, sedangkan yang mendengarkan radio
sebesar 40,3%, dan yang membaca hanya sekitar 23,5%.
Minat
baca yang rendah ini membuat tempat yang menyediakan fasilitas membaca yaitu
perpustakaan menjadi sepi. Jika dibandingkan dengan mall, tentu mall jauh lebih
ramai dibanding perpustakaan. Masyarakat Indonesia lebih senang pergi ke mall
daripada ke perpustakaan. Karena mall lebih banyak memberikan hiburan dibanding
perpustakaan.
Perpustakaan
sendiri merupakan suatu ruangan, bagian dari gedung atau bangunan atau gedung
tersendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang diatur dan disusun sedemikian
rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu
diperlukan oleh pembaca (Sutarno N. S., 2006:11).
Menurut
Sutarno N. S. , ada berbagai macam jenis perpustakaan, yaitu Perpustakaan
Nasional RI, Badan Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Umum, Perpustakaan
Perguruan Tinggi, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Khusus, Perpustakaan
Lembaga Keagamaan, Perpustakaan Internasional, Perpustakaan Kantor Perwakilan
Negara-Negara Asing, Perpustakaan Pribadi atau Keluarga, dan Perpustakaan
Digital.
Perpustakaan
di Indonesia tidak terlalu ramai dikunjungi. Karena minat baca masyarakat
Indonesia yang masih rendah. Masyarakat Indonesia lebih memntingkan hiburan
ketimbang menimba ilmu pengetahuan yang lebih banyak. Itu sebabnya,
perpustakaan-perpustakaan Indonesia masih sepi pengunjung.
Perpustakaan
di Indonesia memang sudah cukup menyediakan fasilitas yang baik bagi para
pengunjungnya, namun perpustakaan di Indonesia kurang memperhatikan soal
kenyamanan pengunjung dan hiburan yang akan menarik para pengunjung
perpustakaan. Berbeda halnya dengan Grahatama Pustaka di Yogyakarta.
Perpustakaan ini tidak hanya memiliki ribuan koleksi buku, dan tempat yang
nyaman untuk membaca, namun perpustakaan ini juga memiliki learning center di dalamnya. Fasilitasnya pun lengkap, perpustakaan
ini juga memiliki fasilitas yang menarik perhatian pengunjung perpustakaan,
yaitu bioskop 6D, ruang musik, ruang anak-anak, ruang bermain, akses koleksi
digital dan free hotspot.
Perpustakaan
ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Grhatama Pustaka sangat
memperhatikan kebersihan yang ada di dalamnya. Grhatama Pustaka menyediakan
kantong sebagai tempat alas kaki para pengunjung Grhatama Pustaka. Setiap
pengunjung Grhatama Pustaka diharuskan melepas alas kaki dan membawanya dengan
kantong yang sudah disediakan.
Banyak
hal yang membuat Grhtama Pustaka ini berbeda dengan perpustakaan lainnya.
Selain fasilitas-fasilitas yang berbeda dari perpustakaan lain, jam buka
perpustakaan ini pun berbeda dari perpustakaan lainnya. Perpustakaan ini buka
hingga malam jam 22.00 WIB.
Perpustakaan
yang dikelola oleh BPAD DIY ini masih banyak yang perlu dibenahi dan belum
layak launching. Namun menurut Sri
Sultan Hamengku Buwono X, tidak menjadi masalah jika dilakukan pebaikan setelah
launching dilakukan. Pada akhirnya, perpustakaan ini resmi dibuka pada tanggal
4 Januari 2016. Namun perpustakaan ini telah mampu menyedot 450 orang pengunjung
per hari nya. Jumlah tersebut bahkan diperkirakan bisa melebihi dari jumlah
pengunjung yang sebenarnya, karena ada beberapa pengunjung yang tidak mengisi
buku tamu.
Hal
ini membuat saya ingin mengkaji mengenai strategi PR yang ada pada Grahatama
Pustaka iini. Karena Grhatama Pustaka mampu menyedot banyak pengunjung per hari
nya. Padahal kita tahu minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Terlebih
lagi Grahatama Pustaka yang belum lama resmi dibuka untuk umum dan masih banyak
yang perlu dibenahi.
Memang
hal ini tidak terlepas dari fasilitas yang ada pada Grhatama Pustaka. Fasilitas
pada Grhtama Pustaka memang sangat lengkap. Tidak heran banyak pengunjung yang
ingin mencoba berbagai fasilitas yang ada pada Grhatama Pustaka. Namun saya
yakin hal ini tidak terlepas pula dari stratergi PR yang ada pada Grhatama
Pustaka dalam membranding Grhatama Pustaka. Karena tanpa strategi PR yang
sesuai, masyarakat tidak akan mengenal Grahatama Pustaka dengan berbagai
fasilitas yang ada pada Grhatama Pustaka.
Ada
beberapa teori yang berkaitan dengan ulasan strategi PR Grhatama Pustaka dalam
meningkatkan pengunjung. Marketing Public
Relation menjadi salah satu teori yang dapat dikaitkan dengan strategi PR
Grhatama Pustaka dalam meningkatkan pengunjung. Hal ini dikarenakan strategi PR
yang diterapkan berkaitan dengan peningkatan pengunjung, yang mengarah pada
sisi marketing suatu perusahaan atau
instansi.
Thomas
L. Harris mengungkapkan dalam buku The
Marketer’s Guide to Public Relations (1991), Marketing Public Relations ialah sebuah proses perencanaan dan
pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan pelanggan. Hal tersebut
dilakukan melalui pengkomunikasian informasi yang kredibel dan kesan-kesan yang
dapat menghubungkn perusahaan, produk dengan kebutuhan serta perhatian
pelanggan (Saputra & Nasrullah, 2011 : 77).
Konsep
Marketing Public Relations memiliki
tiga taktik secara garis besarnya (three
ways strategy) :
a. Pull strategy (menarik),
b. Power (kekuatan)
sebagai penyandang dan Push strategy (untuk
mendorong) pemasaran,
c. Pass strategy sebagai
upaya mempengaruhi opini publik yang menguntungkan (Saputra & Nasrullah,
2011 : 78).
“MPR Programs today are targeted to well
defined market segments and are strategically planned to reach their market”
(Kotler, 1993 : 268). Maksudnya, program MPR
adalah menetapkan segmen pasar dan secara strategis merencanakan penguasaan
pasar (Saputra & Nasrullah, 2011 : 88).
Kemudian
teori kedua adalah Strategi Public
Relations. Sudah jelas ulasan kali ini mengenai strategi PR yang diterapkan
di Grahatama Pustaka, sehingga teori Strategi PR jelas diperlukan dalam
menganalisis hal ini.
Menurut
Ahmad S. Adnaputra strategi Public
Relations adalah alternatif optional yang dipilih untuk ditempuh guna
menggapai tujuan public relations
dalam rangka suatu rencana public
relations (Ruslan,2014 : 134).
Terdapat
beberapa aspek pendekatan atau strategi Public
Relations (Ruslan, 2014 : 142-144) :
a. Strategi
Operasional
Pelaksanaan program PR dilakukan secara kemasyarakatan.
b. Pendekatan
Persuasif dan Edukatif
PR menciptakan
komunikasi dua arah yang bersifat mendidik dengan melakukan pendekatan
persuasif.
c. Pendekatan
tanggung jawab sosial PR
Menumbuhkan
sikap tanggung jawab sosial, bahwa tujuan yang akan dicapai merupakan
keuntungan bersama.
d. Pendekatan
kerja sama
Membina
hubungan baik dari berbagai kalangan, internal
relations maupun eksternal relations.
e. Pendekatan
koordinatif dan integratif
Peran
PR secara sempit hanya mewakili
lembaganya, namun di sini PR harus
menjadi wakil dari publik pula.
Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa peran PR pada
berbagai kegiatan di lapangan adalah sebagai berikut :
a. Menginformasikan,
b. Menerangkan,
c. Menyarankan,
d. Membujuk,
e. Mengundang,
f. Meyakinkan.
Setelah
dilakukan penelitian lebih mendalam di Grhatama Pustaka, diperolehlah hasil
mengenai strategi Grhatama Pustaka dalam meningkatkan pengunjung. Grhtama
Pustaka sendiri ternyata tidak memiliki divisi Public Relations. Namun divisi Public
Relations ini dipegang oleh Tata Usaha, Public
Relations merupakan bagian dari Tata Usaha. Secara garis besar, kehumasan
Grhatama Pustaka mengatur mengenai event
yang diselenggarakan Grahatama Pustaka, kemudian media sosial Grhatama Pustaka,
surat persuratan, dan lain-lain.
Grhatama
Pustaka dalam meningkatkan pengunjung tidak memiliki strategi khusus dalam
pelaksanaannya. Nasrul Wahid selaku bagian pelayanan di Grhatama Pustaka
mengatakan bahwa Grhatama Pustaka tidak menetapkan segmen pasar dan secara
strategis merencanakan penguasaan pasar, karena Grhatama Pustaka sebagai
perpustakaan merupakan fasilitas untuk warga dan tidak dibangun untuk bersaing
dengan perpustakaan lain. Itu artinya, Grhatama Pustaka tidak menerapkan program
Marketing Public Relations.
Namun
jika ditelisik lebih dalam, Grhatama Pustaka menerapkan dua dari tiga taktik Marketing Public Relations, yaitu pull strategy, power and push strategy. Dalam
pull strategy, Grhatama Pustaka
menarik masyarakat dengan berbagai event
yang diselenggarakannya, dan juga dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang
Grhatama Pustaka. Hal yang menjadi daya tarik lagi dari Grhatama Pustaka,
Grhatama Pustaka menyediakan fasilitas yang belum pernah ada di perpustakaan
lainnya di Jogja, yaitu bioskop 6 dimensi. Grhatama Pustaka menyediakan sarana
rekreasi di perpustakaan, ini juga menjadi daya tarik bagi masyarakat.
Grhatama
Pustaka juga menerapkan power and push
strategy. Yang menjadi kekuatan Grhatama Pustaka salah satunya adalah
gedung Grhatama Pustaka yang baru. Kemudian wilayah Grhatama Pustaka yang luas
yaitu mecapai 2,4 hektar. Lalu hal yang mendorong pemasaran Grhatama Pustaka
salah satunya dari internal. Grhatama Pustaka menjadi kebanggan Gubernur DIY
yaitu Sultan Hamengkubuwono X. Dalam istilah jawa, jika Sultan telah “sendiko
dawuh”, maka hal tersebut akan memotivasi semua pihak yang ada di dalamnya
untuk terus memajukan Grhatama Pustaka.
Meskipun
Grhatama Pustaka tidak menerapkan strategi khusus dalam meningkatkan
pengunjung, namun Grhatama Pustaka sebenarnya telah menerapkan beberapa strategi
PR dalam meningkatkan pengujung. Pertama,
Grhatama Pustaka telah melakukan program-program secara kemasyarakatan. Grhatama
Pustaka memiliki program perpustakaan keliling tiap hari Senin-Kamis. Kemudian
program paket buku untuk menyediakan buku di tempat-tempat khusus, seperti
lapas, hunian tetap di Merapi, pondok pesantren, RS Grhasia. Lalu program pojok
baca di RS Sardjito, Loka, Condongcatur, PKU Muhammadiyah, Samsat, Bank BPD,
dan lima titik lagi.
Kedua,
Grhatama Pustaka telah menerapkan komunikasi dua arah. Seperti SMS gateway,
kotak kritik dan saran, dan lain-lain. Hal ini menunjang kemajuan Grhatama
Pustaka dalam pengembangannya. Ketiga, tujuan Grhatama Pustaka telah menjadi
kepentingan bersama pula. Grhatama Pustaka sebagai perpustakaan merupakan
fasilitas warga untuk menambah ilmu, hal ini tentunya merupakan tujuan Grhatama
Pustaka untuk kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan Grhatama Pustaka
dalam meningkatkan pengunjung. Anggaran dari Grhatama Pustaka juga sebagian
berasal dari masyarakat. Sehingga hal ini benar-benar dimaksimalkan untuk
kepentingan masyarakat.
Keempat,
dalam membina hubungan baik dengan internal dan eksternal, Grhatama Pustaka
telah menerapkannya dengan baik. Grhatama Pustaka secara rutin tiap bulan
mengadakan pembinaan pegawai dari kepala perpustakan. Kemudian Grhatama Pustaka
setiap Sabtu dan Minggu mengadakan Apel
untuk briefing, pengarahan informasi apa yang harus disampaikan. Kemudian ,
karena divisi PR sendiri belum ada,
maka Grhatama Pustaka dalam perannya sebagai PR belum mewakili publik. Karena Grhatama Pustaka dalam strukur
organisasinya belum terlalu jelas untuk divisi PRnya.
Walaupun
divisi PR tidak ada, namun Grhatama
Pustaka telah menerapkan peran-peran PR. Yaitu,
memberi informasi kepada masyarakat, memberi penjelasan kepada masyarakat,
memberi saran pada masyarakat, membujuk masyarakat untuk mengunjungi
perpustakaan, mengundang masyarakat, dan meyakinkan masyarakat.
Pada
intinya, meskipun tidak ada divisi PR pada
Grhatama Pustaka, namun sebenarnya Grhatama Pustaka telah menerapkan berbagai
peran sebagai PR. Dari konsep Marketing Public Relations, Strategi Public Relations, dan juga peran sebagai
Public Relations. Dan hal ini
merupakan salah satu faktor keberhasilan Grhatama Pustaka dalam meningkatkan
pengunjung.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto,
Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian
untuk Public Relations Kualitatif
dan
Kuantitatif. Bandung : Simbiosa Rekatam Media
Dudung,
Abdurrahman. 2003. Pengantar Metode
Penelitian. Yogyakarta : Kurnia
Kalam Semesta
Mattew, Miles. 1999. Analisa Data Kualitatif : Terjemah Tjetjeh Rohindi. Jakarta
: UI Press
Mulyana,
Deddy. 2001. Metoddologi Penelitian
Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Pawito,
Ph.D. 2007. Penelitian Komunikasi
Kualitatif. Yogyakarta : Lkis
Ruslan,
Rosady. 1998. Manajemen Public Relations
& Media Komunikasi.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Saputra
& Nasrullah. 2011. Public Relations
2.0 Teori dan Praktik Public
Relations
di Era Cyber. Jakarta : Gramatama Publishing
No comments:
Post a Comment