Thursday, August 4, 2016

Strategi PR pada Grhatama Pustaka dalam Meningkatkan Pengunjung


Membaca adalah jendela seseorang untuk berkeliling dunia. Begitulah pepatah yang sering kita dengar tentang membaca. Membaca akan memperluas cakrawala kita. Dengan membaca, kita dapat mengetahui berbagai informasi dari berbagai tempat dan dari berbagai waktu.
Orang dalam membaca akan memiliki kebiasaan yang berbeda. Ada orang yang butuh ketenangan ketika membaca. Namun ada pula yang bisa membaca di berbagai tempat. Namun pada umumnya, orang akan lebih mudah membaca dalam keadaan tenang, sunyi, dan di tempat yang nyaman. Salah satu tempat yang menyediakan fasilitas itu adalah perpustakaan.
Tidak perlu diragukan lagi ketika membaca kita tentu mendapat banyak manfaat. Membaca akan membuat kita terjauh dari kebodohan. Membaca mampu membuat kita terhindar dari rasa bosan. Membaca juga dapat menghilangkan kecemasan dan kegundahan. Membaca mampu membuat kita kaya akan bahasa dan kosa kata, sehingga kita lebih fasih ketika berbicara. Membaca akan membantu kita mengembangkan pikiran kita. Membaca juga mampu membuat kita mengetahui pengalaman orang lain. Selain mendapat pengetahuan dari membaca, kita juga bisa mendapat hiburan.
Seiring berkembangnya zaman, hiburan yang ada sudah banyak beralih. Khususnya di Indonesia, masyarakat Indonesia lebih suka menonton televisi daripada membaca buku. Minat baca di Indonesia memang rendah. Penduduk Indonesia lebih banyak memcari informasi melalui televisi dan radio daripada membaca. Data Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang mencari informasi melalu televisi sebesar 85,9%, sedangkan yang mendengarkan radio sebesar 40,3%, dan yang membaca hanya sekitar 23,5%.
Minat baca yang rendah ini membuat tempat yang menyediakan fasilitas membaca yaitu perpustakaan menjadi sepi. Jika dibandingkan dengan mall, tentu mall jauh lebih ramai dibanding perpustakaan. Masyarakat Indonesia lebih senang pergi ke mall daripada ke perpustakaan. Karena mall lebih banyak memberikan hiburan dibanding perpustakaan.
Perpustakaan sendiri merupakan suatu ruangan, bagian dari gedung atau bangunan atau gedung tersendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang diatur dan disusun sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca (Sutarno N. S., 2006:11).
Menurut Sutarno N. S. , ada berbagai macam jenis perpustakaan, yaitu Perpustakaan Nasional RI, Badan Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Lembaga Keagamaan, Perpustakaan Internasional, Perpustakaan Kantor Perwakilan Negara-Negara Asing, Perpustakaan Pribadi atau Keluarga, dan Perpustakaan Digital.
Perpustakaan di Indonesia tidak terlalu ramai dikunjungi. Karena minat baca masyarakat Indonesia yang masih rendah. Masyarakat Indonesia lebih memntingkan hiburan ketimbang menimba ilmu pengetahuan yang lebih banyak. Itu sebabnya, perpustakaan-perpustakaan Indonesia masih sepi pengunjung.
Perpustakaan di Indonesia memang sudah cukup menyediakan fasilitas yang baik bagi para pengunjungnya, namun perpustakaan di Indonesia kurang memperhatikan soal kenyamanan pengunjung dan hiburan yang akan menarik para pengunjung perpustakaan. Berbeda halnya dengan Grahatama Pustaka di Yogyakarta. Perpustakaan ini tidak hanya memiliki ribuan koleksi buku, dan tempat yang nyaman untuk membaca, namun perpustakaan ini juga memiliki learning center di dalamnya. Fasilitasnya pun lengkap, perpustakaan ini juga memiliki fasilitas yang menarik perhatian pengunjung perpustakaan, yaitu bioskop 6D, ruang musik, ruang anak-anak, ruang bermain, akses koleksi digital dan free hotspot.
Perpustakaan ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Grhatama Pustaka sangat memperhatikan kebersihan yang ada di dalamnya. Grhatama Pustaka menyediakan kantong sebagai tempat alas kaki para pengunjung Grhatama Pustaka. Setiap pengunjung Grhatama Pustaka diharuskan melepas alas kaki dan membawanya dengan kantong yang sudah disediakan.
Banyak hal yang membuat Grhtama Pustaka ini berbeda dengan perpustakaan lainnya. Selain fasilitas-fasilitas yang berbeda dari perpustakaan lain, jam buka perpustakaan ini pun berbeda dari perpustakaan lainnya. Perpustakaan ini buka hingga malam jam 22.00 WIB.
Perpustakaan yang dikelola oleh BPAD DIY ini masih banyak yang perlu dibenahi dan belum layak launching. Namun menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X, tidak menjadi masalah jika dilakukan pebaikan setelah launching dilakukan. Pada akhirnya, perpustakaan ini resmi dibuka pada tanggal 4 Januari 2016. Namun perpustakaan ini telah mampu menyedot 450 orang pengunjung per hari nya. Jumlah tersebut bahkan diperkirakan bisa melebihi dari jumlah pengunjung yang sebenarnya, karena ada beberapa pengunjung yang tidak mengisi buku tamu.
Hal ini membuat saya ingin mengkaji mengenai strategi PR yang ada pada Grahatama Pustaka iini. Karena Grhatama Pustaka mampu menyedot banyak pengunjung per hari nya. Padahal kita tahu minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Terlebih lagi Grahatama Pustaka yang belum lama resmi dibuka untuk umum dan masih banyak yang perlu dibenahi.
Memang hal ini tidak terlepas dari fasilitas yang ada pada Grhatama Pustaka. Fasilitas pada Grhtama Pustaka memang sangat lengkap. Tidak heran banyak pengunjung yang ingin mencoba berbagai fasilitas yang ada pada Grhatama Pustaka. Namun saya yakin hal ini tidak terlepas pula dari stratergi PR yang ada pada Grhatama Pustaka dalam membranding Grhatama Pustaka. Karena tanpa strategi PR yang sesuai, masyarakat tidak akan mengenal Grahatama Pustaka dengan berbagai fasilitas yang ada pada Grhatama Pustaka.
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan ulasan strategi PR Grhatama Pustaka dalam meningkatkan pengunjung. Marketing Public Relation menjadi salah satu teori yang dapat dikaitkan dengan strategi PR Grhatama Pustaka dalam meningkatkan pengunjung. Hal ini dikarenakan strategi PR yang diterapkan berkaitan dengan peningkatan pengunjung, yang mengarah pada sisi marketing suatu perusahaan atau instansi.
Thomas L. Harris mengungkapkan dalam buku The Marketer’s Guide to Public Relations (1991), Marketing Public Relations ialah sebuah proses perencanaan dan pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan pelanggan. Hal tersebut dilakukan melalui pengkomunikasian informasi yang kredibel dan kesan-kesan yang dapat menghubungkn perusahaan, produk dengan kebutuhan serta perhatian pelanggan (Saputra & Nasrullah, 2011 : 77).
Konsep Marketing Public Relations memiliki tiga taktik secara garis besarnya (three ways strategy) :
a.       Pull strategy (menarik),
b.      Power (kekuatan) sebagai penyandang dan Push strategy (untuk mendorong) pemasaran,
c.       Pass strategy sebagai upaya mempengaruhi opini publik yang menguntungkan (Saputra & Nasrullah, 2011 : 78).
MPR Programs today are targeted to well defined market segments and are strategically planned to reach their market” (Kotler, 1993 : 268). Maksudnya, program MPR adalah menetapkan segmen pasar dan secara strategis merencanakan penguasaan pasar (Saputra & Nasrullah, 2011 : 88).
Kemudian teori kedua adalah Strategi Public Relations. Sudah jelas ulasan kali ini mengenai strategi PR yang diterapkan di Grahatama Pustaka, sehingga teori Strategi PR jelas diperlukan dalam menganalisis hal ini.
Menurut Ahmad S. Adnaputra strategi Public Relations adalah alternatif optional yang dipilih untuk ditempuh guna menggapai tujuan public relations dalam rangka suatu rencana public relations (Ruslan,2014 : 134).
Terdapat beberapa aspek pendekatan atau strategi Public Relations (Ruslan, 2014 : 142-144) :
a.       Strategi Operasional
Pelaksanaan program PR dilakukan secara kemasyarakatan.
b.      Pendekatan Persuasif dan Edukatif
PR menciptakan komunikasi dua arah yang bersifat mendidik dengan melakukan pendekatan persuasif.
c.       Pendekatan tanggung jawab sosial PR
Menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial, bahwa tujuan yang akan dicapai merupakan keuntungan bersama.
d.      Pendekatan kerja sama
Membina hubungan baik dari berbagai kalangan, internal relations maupun eksternal relations.
e.       Pendekatan koordinatif dan integratif
Peran PR secara sempit hanya mewakili lembaganya, namun di sini PR harus menjadi wakil dari publik pula.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa peran PR pada berbagai kegiatan di lapangan adalah sebagai berikut :
a.       Menginformasikan,
b.      Menerangkan,
c.       Menyarankan,
d.      Membujuk,
e.       Mengundang,
f.       Meyakinkan.
Setelah dilakukan penelitian lebih mendalam di Grhatama Pustaka, diperolehlah hasil mengenai strategi Grhatama Pustaka dalam meningkatkan pengunjung. Grhtama Pustaka sendiri ternyata tidak memiliki divisi Public Relations. Namun divisi Public Relations ini dipegang oleh Tata Usaha, Public Relations merupakan bagian dari Tata Usaha. Secara garis besar, kehumasan Grhatama Pustaka mengatur mengenai event yang diselenggarakan Grahatama Pustaka, kemudian media sosial Grhatama Pustaka, surat persuratan, dan lain-lain.
Grhatama Pustaka dalam meningkatkan pengunjung tidak memiliki strategi khusus dalam pelaksanaannya. Nasrul Wahid selaku bagian pelayanan di Grhatama Pustaka mengatakan bahwa Grhatama Pustaka tidak menetapkan segmen pasar dan secara strategis merencanakan penguasaan pasar, karena Grhatama Pustaka sebagai perpustakaan merupakan fasilitas untuk warga dan tidak dibangun untuk bersaing dengan perpustakaan lain. Itu artinya, Grhatama Pustaka tidak menerapkan program Marketing Public Relations.
Namun jika ditelisik lebih dalam, Grhatama Pustaka menerapkan dua dari tiga taktik Marketing Public Relations, yaitu pull strategy, power and push strategy. Dalam pull strategy, Grhatama Pustaka menarik masyarakat dengan berbagai event yang diselenggarakannya, dan juga dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang Grhatama Pustaka. Hal yang menjadi daya tarik lagi dari Grhatama Pustaka, Grhatama Pustaka menyediakan fasilitas yang belum pernah ada di perpustakaan lainnya di Jogja, yaitu bioskop 6 dimensi. Grhatama Pustaka menyediakan sarana rekreasi di perpustakaan, ini juga menjadi daya tarik bagi masyarakat.
Grhatama Pustaka juga menerapkan power and push strategy. Yang menjadi kekuatan Grhatama Pustaka salah satunya adalah gedung Grhatama Pustaka yang baru. Kemudian wilayah Grhatama Pustaka yang luas yaitu mecapai 2,4 hektar. Lalu hal yang mendorong pemasaran Grhatama Pustaka salah satunya dari internal. Grhatama Pustaka menjadi kebanggan Gubernur DIY yaitu Sultan Hamengkubuwono X. Dalam istilah jawa, jika Sultan telah “sendiko dawuh”, maka hal tersebut akan memotivasi semua pihak yang ada di dalamnya untuk terus memajukan Grhatama Pustaka.
Meskipun Grhatama Pustaka tidak menerapkan strategi khusus dalam meningkatkan pengunjung, namun Grhatama Pustaka sebenarnya telah menerapkan beberapa strategi PR dalam meningkatkan pengujung. Pertama, Grhatama Pustaka telah melakukan program-program secara kemasyarakatan. Grhatama Pustaka memiliki program perpustakaan keliling tiap hari Senin-Kamis. Kemudian program paket buku untuk menyediakan buku di tempat-tempat khusus, seperti lapas, hunian tetap di Merapi, pondok pesantren, RS Grhasia. Lalu program pojok baca di RS Sardjito, Loka, Condongcatur, PKU Muhammadiyah, Samsat, Bank BPD, dan lima titik lagi.
Kedua, Grhatama Pustaka telah menerapkan komunikasi dua arah. Seperti SMS gateway, kotak kritik dan saran, dan lain-lain. Hal ini menunjang kemajuan Grhatama Pustaka dalam pengembangannya. Ketiga, tujuan Grhatama Pustaka telah menjadi kepentingan bersama pula. Grhatama Pustaka sebagai perpustakaan merupakan fasilitas warga untuk menambah ilmu, hal ini tentunya merupakan tujuan Grhatama Pustaka untuk kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan Grhatama Pustaka dalam meningkatkan pengunjung. Anggaran dari Grhatama Pustaka juga sebagian berasal dari masyarakat. Sehingga hal ini benar-benar dimaksimalkan untuk kepentingan masyarakat.
Keempat, dalam membina hubungan baik dengan internal dan eksternal, Grhatama Pustaka telah menerapkannya dengan baik. Grhatama Pustaka secara rutin tiap bulan mengadakan pembinaan pegawai dari kepala perpustakan. Kemudian Grhatama Pustaka setiap Sabtu dan  Minggu mengadakan Apel untuk briefing, pengarahan informasi apa yang harus disampaikan. Kemudian , karena divisi PR sendiri belum ada, maka Grhatama Pustaka dalam perannya sebagai PR belum mewakili publik. Karena Grhatama Pustaka dalam strukur organisasinya belum terlalu jelas untuk divisi PRnya.
Walaupun divisi PR tidak ada, namun Grhatama Pustaka telah menerapkan peran-peran PR. Yaitu, memberi informasi kepada masyarakat, memberi penjelasan kepada masyarakat, memberi saran pada masyarakat, membujuk masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan, mengundang masyarakat, dan meyakinkan masyarakat.
Pada intinya, meskipun tidak ada divisi PR pada Grhatama Pustaka, namun sebenarnya Grhatama Pustaka telah menerapkan berbagai peran sebagai PR. Dari konsep Marketing Public Relations, Strategi Public Relations, dan juga peran sebagai Public Relations. Dan hal ini merupakan salah satu faktor keberhasilan Grhatama Pustaka dalam meningkatkan pengunjung.


 DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kualitatif
            dan Kuantitatif. Bandung : Simbiosa Rekatam Media
Dudung, Abdurrahman. 2003. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta : Kurnia
            Kalam Semesta
Mattew, Miles. 1999. Analisa Data Kualitatif : Terjemah Tjetjeh Rohindi. Jakarta
: UI Press
Mulyana, Deddy. 2001. Metoddologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
            Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Pawito, Ph.D. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : Lkis
Ruslan, Rosady. 1998. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi.
            Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Saputra & Nasrullah. 2011. Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public
            Relations di Era Cyber. Jakarta : Gramatama Publishing

No comments: