Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan
ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang
mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Cinta juga
merupakan sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek
lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu,
menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan
objek tersebut. Cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada
manusia atau benda lain. Cinta bisa dialami oleh semua makhluk. Ungkapan cinta
digunakan untuk meluapkan perasaan kepada keluarga, teman - teman, asmara,
perasaan patriotisme, nasionalisme, dan lain - lain.
Cinta adalah
perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada
lima syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu : perasaan, pengenalan,
tanggung jawab, perhatian, dan saling menghormati. Ia menyatakan empat gejala :
care, responsibility, respect,
knowledge muncul semua secara seimbang dalam pribadi seorang yang sedang
mencintai. Omong kosong jika seseorang mencintai anak tetapi tidak pernah
mengasuh anak. Karena perasaan cinta datang karena biasa. Seperti pepatah Jawa
yang mengatakan, “Witing tresna jalaran saka kulina”. Inilah hal yang mendasari
Cinta Lokasi.
Cinta lokasi adalah suatu
keadaan di mana seseorang mulai merasakan jatuh cinta kepada lawan jenisnya
dikarenakan lokasi yang mempertemukan mereka membuat mereka sering bersama.
Rasa cinta memang bisa datang kapan saja dan di mana saja kepada siapa saja.
Cinta lebih mudah datang dari orang terdekat. Karena dekat seseorang bisa
sering bertemu lalu terbiasa dan
akhirnya cinta pun timbul. Rasa cinta yang mulai tumbuh ini karena faktor
jarak, sering disebut cinta lokasi.
Banyak orang yang berpendapat bahwa cinta lokasi tidak akan
bertahan lama. Karena cinta yang tumbuh terjadi karena kebersamaan yang terjadi
dalam waktu tertentu, sehingga jika sudah dipisahkan oleh waktu dan lokasi,
bisa saja perasaan itu akan memudar. Cinta lokasi biasa datang dari
persahabatan. Seringnya pasangan sahabat yang menghabiskan waktu bersama,
membuat cinta mudah timbul di antara mereka.
Ada sebuah contoh kasus yang menggambarkan keadaan cinta lokasi ini
:
“Sebut saja dia Sherin. Sherin kuliah di salah satu perguruan
tinggi di Yogyakarta. Suatu hari, Sherin datang ke pesta ulang tahun salah satu
temannya, bernama Septi. Saat mereka hendak menyalakan lilin, mereka
kebingungan mencari korek api. Lalu datanglah seorang laki – laki berbadan
tinggi dan kurus yang menyodorkan korek api, namanya Sony. Ternyata Sony adalah
teman kampus Sherin tetapi hanya beda kelas. Sejak pertemuan itu, saat bertemu
di kampus, sering kali mereka bertegur sapa, walaupun hanya sekedar mengatakan
‘hai’, tapi karena sudah terbiasa akhirnya mulailah Sony timbul perasaan. Sony
pun memberanikan diri meminta nomor handphone kepada Sherin. Sejak itu, mereka
pun saling bertukar pesan singkat melalu handphone. Karena kebiasaan tersebut,
mulailah timbul rasa di antara keduanya, karena jarak, lokasi, waktu, dan
keadaan yang membuat mereka sering berkomunikasi. Inilah yang disebut cinta
lokasi.”
Kebersamaan mereka menjadikan cinta yang mereka rasakan mulai
tumbuh. Karena kedekatan pula yaitu satu kampus, maka mulai lah cinta itu
tumbuh. Sesuai dengan teori kedekatan (proximity), di mana interaksi
memungkinkan orang untuk mengeksplorasi kesamaan mereka, merasakan saling
menyukai satu sama lain. Kenyataan memang tak bisa dihindari, hampir setiap
hari, setiap waktu mereka berdua tidak lepas berkomunikasi. Tidak bisa
dielakkan lagi bahwa cinta mulai tumbuh di antara mereka. Jatuh cinta seperti
ini hadir karena pengenalan kepribadian yang didukung oleh adana self –
disclosure (keterbukaan diri) yang dilakukan seseorang kepada orang lain.
Merasakan indahnya jatuh cinta memang terasa menyenangkan. perasaan bahagia,
senang, dan tak menentu bercampur aduk menjadi satu rasa.
Selain dapat menimpa siapa saja, hal ini bisa terjadi di mana saja.
Salah satu contoh nyata adalah seperti yang sudah disebutkan di atas. Cinta
seperti ini disebabkan oleh faktor kedekatan (proximity). Kedekatan ini
yang dijadikan sebagai awal mula perasaan cinta itu tumbuh. Cinta lokasi bisa
terjadi seperti di beberapa tempat, yaitu lokasi syuting, kantor, sekolah,
kelas, dan seperti contoh di atas adalah lokasi kampus.
Kampus umumnya adalah tempa untuk menimba ilmu pengetahuan. Tetapi,
tidak jarang juga kampus berpotensi dalam menumbuhkan cinta lokasi. Biasanya,
cinta lokasi terjadi antara junior dan senior ketika masa ospek. Suka duka
ospek sering kali membuat timbulnya cinta lokasi ini. Tetapi, pada kasus yang
saya angkat di sini, bisa juga cinta lokasi itu terjadi pada mahasiswa
seangkatan. Cinta seperti ini biasanya lebih bersifat sebagai penyemangat
kuliah kedua belah pihak.
Banyak anak muda yang menemukan cinta lokasi ini sebagai suatu hal
yang istimewa. Cinta lokasi timbul karena suatu hubungan yang timbul dalam
sebuah situasi dan tempat yang sama. Atau bisa juga disebut sebagai faktor
jarak. Di mana mereka saling dipertemukan di tempat tersebut sehingga terjadilah
cinta lokasi. Cinta lokasi lebih sering terjadi di kalangan anak – anak muda,
tetapi bisa juga terjadi pada usia dewasa. Kondisi seperti ini disebabkan
karena intensitas pertemuan atau sering disebut dalam Teori Atraksi
Interpersonal yaitu faktor Familiarity. Faktor ini terjadi karena
jalinan komunikasi yang sangat erat. Tanpa menunggu waktu yang lama, perasaan
ini pun membuat keduanya jadi kian dekat sehingga mereka memutuskan untuk
membina jalinan asmara di antara mereka.
Berawal dari saling berbagi banyak hal di antara mereka, yang
mereka anggap mereka mulai saling mengerti dan memahami keadaan masing –
masing, yang selanjutnya berlanjut ke arah hubungan yang lebih serius lagi.
Katakan saja pada kasus ini, di antara Sherin dan Sony mereka adalah teman dekat
yang mesra, atau pada zaman sekarang sering dikenal dengan istilah ‘TTM’, yang
lama – kelamaan menjadi pacar sesungguhnya.
Cinta lokasi memang bisa terjadi di mana saja, seperti yang sudah
disebutkan di atas, tetapi ada juga cinta lokasi yang benar – benar karena
lokasi saja, dalam artian cinta itu berlangsung di tempat itu dan berakhir di
tempat itu pula. Cinta lokasi yang dialami Sherin dan Sony berawal karena
seringnya mereka bersama – sama dan saling bertukar pesan singkat di handphone.
Faktor seperti ini sering dikenal sebagai faktor kebersamaan atau familiarity.
Karena kebersamaan ini, maka keduanya seperti punya kedekatan emosi dan lama –
lama berubah menjadi rasa suka.
Familiarity artinya sering
kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Prinsip ini dicerminkan juga
dalam peribahasa Indonesia, “Kalau tak kenal maka tak sayang” seperti juga
pepatah jawa, “Witing tresna jalaran saka kulina”, yang bisa diartikan bahwa
cinta itu datang karena terbiasa. Jika kita sering berjumpa dengan seseorang,
maka kemungkinan besar kita akan menyukainya. Robert B. Jonc (1968)
memperlihatkan foto – foto wajah pada subjek – subjek eksperimennya. Ia
menemukan makin sering subjek melihat wajah tertentu, ia makin menyukainya. Ini
lah salah satu faktor timbulnya cinta lokasi.
No comments:
Post a Comment