Saturday, June 11, 2016

Film Transendence (2015)

Hai..

Serius dikit ya sekarang. Aku mau bahas soal film Transendence nih.. Sebenernya ini tugas kuliah, tapi mending di post sekalian kan hehe..

Film Transcendence diawali oleh setting rumah Will Caster dan istrinya Evelyn yang sudah berantakan. Film ini mengajak kembali ke lima tahun silam. Will dan Evelynn adalah sepasang kekasih yang memiliki ketertarikan di bidang yang sama yaitu Science. Will Caster dan Evelynn memiliki cita-cita untuk membuat teknologi mutakhir yang mampu menjadikan masa depan manusia lebih baik. Mereka ingin menciptakan teknologi yang mampu menggantikan kehidupan manusia.

Namun ada beberapa orang yang tidak suka dengan cara berpikir Will dan Evelynn. Mereka menganggap Will dan Evelynn telah melampaui batas kodrat manusia. Mereka beranggapan bahwa Will dan Evelynn telah berusaha menjadi Tuhan atau menciptakan Tuhan mereka sendiri

Kemudian terjadilah insiden penembakan yang mengakibatkan Will tertembak. Will terkena racun radioaktif yang menyebabkan umurnya tidak panjang lagi. Evelynn tidak ingin kehilangan suaminya. Sehingga ia memutuskan memindahkan memori Will ke dalam PINN-mesin cerdas karya Will yang diharapkan akan menggantikan suaminya. Mesin tetaplah mesin, ia tidak bisa menggantikan manusia. Banyak hal terjadi yang tidak sesuai kodrat alam. Evelynn dan Will pun sadar dan mengakhiri kekacauan yang dibuatnya dengan virus yang diciptakan Max-sahabat Will dan Evelynn untuk menghancurkan teknologi yang mereka buat.

Film Transcendence menggambarkan kehidupan berilmu yang tidak beriringan dengan agama. Ilmu di sini berjalan sendirian tanpa memikirkan adanya Tuhan. Will dan Evelynn ingin menciptakan teknologi mampu membawa kesejahteraan pada umat manusia. Will dan Evelynn ingin menciptakan teknologi yang mampu menyembuhkan manusia dari segala macam penyakit, menjadi manusia yang sangat tangguh dengan teknologi. Dalam sebuah workshop, Will menjelaskan penemuan yang sedang dikembangkannya, lalu ada salah satu peserta yang bertanya apakah Will bermaksud menciptakan Tuhannya sendiri. Will menjawab bahwa semua manusia memang ingin melakukan hal tersebut. Sebenarnya Will dan Evelynn telah menerapkan prinsip liberasi dengan menciptakan teknologi untuk menyembuhkan manusia. Namun prinsip ini telah melampaui batas. Mereka lupa bahwa teknologi seharusnya hanya membantu, bukan menggantikan.

Hal ini membuat kelompok aliansi teknologi khawatir dengan perbuatan Will. Mereka takut teknologi akan menggantikan kodrat Tuhan. Mereka akhirnya menembak Will dengan peluru radiasi. Will kemudian tinggal menunggu hari kematiannya. Evelynn tidak ingin hal tersebut terjadi. Evelynn memutuskan memindahkan memori Will ke mesin PINN. Sehingga Will hidup di mesin tersebut. Ini jelas sudah termasuk melampaui batasan manusia. Manusia tidak seharusnya menciptakan makhluk di dalam mesin. Manusia bukanlah Sang Pencipta. Manusia adalah Khalifah, bukan penguasa alam semesta.

Will di dalam mesin selama dua tahun menciptakan teknologi canggih yang mampu menyembuhkan penyakit manusia dengan cepat. Hal ini telah melanggar prinsip transendensi. Manusia seharusnya hanya boleh membantu penyembuhan, bukan yang menyembuhkan, karena yang menyembuhkan hanyalah Tuhan.

Semakin hari teknologi yang Will ciptakan selama di dalam mesin semakin canggih. Dengan penyembuhan yang dilakukan mesin Will, ada zat yang masuk ke dalam tubuh manusia yang disembuhkan. Kemudian tubuh manusia itu akan tersambung dengan Will. Sehingga secara tidak langsung, Will telah menguasai manusia-manusia yang menjadi objek penyembuhan mesin Will. Hal ini jelas menandai bahwa Will berusaha menjadi penguasa dari manusia-manusia tersebut.

Will dengan teknologi-teknologi nya semakin kuat. Will mampu menciptakan mesin yang mampu menyebuhkan dengan cepat dan mampu memperbaiki diri yang telah rusak dengan cepat. Ini membuat aliansi teknologi semakin khawatir. Mereka khawatir akan terjadinya evolusi besar-besaran. Mereka takut manusia nantinya akan digantikan dengan teknologi. Mereka menggandeng agen FBI yang mana merupakan sahabat dari Will dan Evelynn.

Mereka menyadarkan Max bahwa mesin seharusnya membantu manusia, bukan menggantikan manusia itu sendiri. Bahkan ungkapan tersebut adalah ungkapan yang pernah keluar dari mulut Max sendiri. Dari hal ini bisa dilihat bahwa kelompok aliansi teknologi ini merupakan penjaga transendensi. Mereka tidak ingin kehidupan manusia yang sakral diganti dengan ciptaan ilmu pengetahuan yaitu teknologi. Mereka tidak ingin manusia mengalami dehumanisasi. Jika teknologi menggantikan kehidupan manusia, maka manusaia dapat dikatakan telah mengalami dehumanisasi. Will dan Evelynn pun di sini menjadi sosok yang mengalami detransendensi. Mereka menganggap merekalah yang berkuasa atas ilmu pengetahuan. Mereka lupa ada campur tangan Tuhan di balik semuanya.

Will dan Evelynn dengan teknologinya hanya menerapkan prinsip liberasi. Mereka ingin bebas terhadap ilmu pengetahuan yang mereka buat. Namun mereka akhirnya sadar bahwa mereka telah melampaui batas transendensi. Transendensi seharusnya hanya merujuk untuk Tuhan. Bukan kuasa mereka untuk menciptakan evolusi manusia.

Dalam film Transendensi, penonton diajak berpikir memahami isi film ini. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari film ini. Yaitu, manusia boleh saja berilmu, namun tidak boleh melupakan bahwa ada Tuhan di setiap langkahnya.

Film ini kurang runtut dalam menjelaskan teknologi-teknologi yang diusung oleh Will. Sehingga banyak adegan-adegan yang kurang bisa dipahami. Dan banyak juga adegan-adegan yang kurang logis. Teknologi yang diciptakan tidak terlalu terlihat sebagai teknologi, terlalu praktis sehingga lebih terlihat seperti sebuah hal yang magis.

Penyampaian pesan dari film ini pun kurang mampu merepresentasikan maksud inti dari film ini yaitu soal transendensi. Film ini hanya terbatas soal film Science-Fiction. Sehingga film ini lebih mengarah pada hiburan. Seharusnya film ini mampu menjadi film yang sangat memiliki pesan-pesan dan nilai-nilai moral di dalamnya.

Jadi gitu... hehe..

Udah ya.. 

Titik dua bintang


No comments: